Thursday, January 15, 2015

Chinese New Year Bookshelf

Some books don’t have any place, then make your bedroom become messy?  You don’t have to anxiety, now I have a solution for you! It doesn’t has to take so many money from your wallet! So cheap and easy. You could make  Chinese new year's Book shelf  because just about one month again we would celebrate Chinese New Year! It's sound like a good theme.
Things you’ll need:
v  Medium shoe box
v  Longer shoe box
v  Scissors
v  Glue
v  Red paper
v  Gold paper
v  Former lunar envelope
v  Ribbon

Steps:
1)      Take your medium box and open it up in the first place. And then, put the lid down flat on the ground put the bottom of the box inside of its side.
2)      Cut the gold and red paper fit with the boxes size, use the gold colour for outside and the red for inside.
3)      Cut the beautiful picture from the envelope. Then, use those to decorate your boxes
4)      Next, take the lid of the smaller box and slit the sides. Then, put the medium box to it box into it.
5)      Last step use the ribbon for make your book shelf be sweeter. And now, you have finished made your new book shelf!

Monday, September 15, 2014

Cerpen-Sang Bayangan

Hiiiiii everyone, I'm coming back again :D kali ini mau share cerpen bikinan saya sendiri :D Sebenarnya ini tugas, tapi sekalian posting di blog deh :3 , ceritanya tuh tentang persahabatan dengan akhir yang dramatis banget deh :( . Yaudah gak usah banyak basi-basi. Check it out! Enjoy to Read it ! :)
Don't forget to appreciate it with a comment :)




























SANG BAYANGAN

Penulis             :           Anggelika

Suara tawa yang sangat ceria berdengung di ruang kelas, terlihat Clara dan Vivi sedang bercerita-cerita bersama, wajah yang polos dengan senyum yang amat lebar terlihat di kedua wajah tersebut mencerminkan betapa bahagianya mereka laksana dua buah kutub magnet yang saling tarik-menarik. Dua gadis ini telah bersahabat sejak mereka TK, dan masih berteman hingga sekarang. Begitu erat persahabatan mereka bahkan mereka pernah membuat janji yang luarbiasa.
 “La, kantin yuk” ajak Vivi dengan wajah ceria beserta kibasan rambutnya kearah Clara
“Ih mentang-mentang rambutnya bagus yahhh, yaudah ayooo.” Jawab Clara dengan wajah yang terlihat sebal

********************************************************************

Bayangan cowok itu terlihat menerpa bayangan Clara yang berada di seka-seka dinding di dekat kantin, jantung Clara berdetak kencang. Sontak matanya tidak dapat lepas dari bayangan lelaki tinggi berkulit putih dengan tatanan rambut yang cool itu.

“Hoyy! Kenapa lu,la?” Teriak Vivi mengejutkan Clara. Sontak Clara terkejut dengan dahi yang mengerucut menatap gadis remaja cantik berambut panjang dengan wajah tidak merasa bersalah sedikitpun.

Clara memang sudah lama merasakan hal ini, sesuatu yang membuatnya melihat cowok itu berbeda, entahlah terasa ada kontak batin yang membuatnya tidak dapat lepas dari pemilik bayang-bayang tersebut. Begitu dekat, begitu menarik, layaknya sudah ada lem diantara mereka. Vivi dan Clara memanglah sudah mendarah daging bahkan lebih lekat daripada hubungan sedarah sekalipun. Namun, mulut Clara terkunci akan kata-kata terpendamnya kali ini, entah mengapa tiap kali ingin bercerita Clara selalu merasakan bahwa ada suatu daya tolak dan penggeras dala dirinya hingga hanya dirinya yang mengetahuinya dan ia memilih untuk menyimpannya sendiri.


Suara yang menyenangkan itu berdering, suara yang membuat seluruh murid SMK Cahaya Bangsa menyeringai dan merasa puas serta bebas, murid-murid pun merapihkan seluruh bukunya dan bersiap-siap untuk melegakan tubuh mereka dirumahnya masing-masing. Namun hanya Clara yang terdiam dengan bola mata nya yang berwarna hitam kecoklat-coklatan menatap tak berarah seolah tak mendengar apapun, perasaan itu muncul lagi membuatnya merasa melupakan segalanya karena terhanyut akan angan-angannya tentang pemilik bayangan yang ia lihat di kantin tadi. Seraya menyoret-coret halaman belakang bukunya ia menulis
“Ia tampan, ia menawan, bagaimana dapat seorang yang bayangannya tak pernah nampak dimata orang dapat menyatu dengan pemilik bayangan yang pekat memikat? -FC” Begitulah yang ia tulis di halaman terakhir buku matematikanya.
“La, bengong melulu! Udah pulang tau.” Teriak Vivi yang mengejutkan Clara dari lamunan indahnya.
Clara hanya dapat mendengus, sudah dua kali Vivi melakukan hal itu hari ini, Vivi memang tak mengertinya dalam hal ini dan menurutnya pun tak perlu tahu, ingin sesekali Clara pergi jauh ke tempat tak berpenghuni bahkan jauh dari Vivi yang sebenarnya amat ia sayangi untuk menikmati fantasi khayalannya itu.
“Eh, lu sekarang kenapa sih? Bengong melulu, cerita lah! Baru kali ini gua liat lu kaya gitu” Tanya Vivi dengan wajah yang terlihat kesal
“Emmmm, yaaa ga apa apa, kan buat jadi penulis yang handal harus banyak-banyak berimajinasi, gimana sih lu.” Sahut Clara dengan gusar
“Ya... Yaudah” Kata Vivi yang terlihat tak percaya itu namun ia malas untuk melanjutkan bertanya karena ia tahu bahwa sahabatnya memang kekeh dengan apa yang ia rasakan, apabila ia tak ingin maka ia tetap tak akan ingin mengungkapkannya.
Ia memandangi wajah sahabatnya yang belakangan  terlihat tertutup, ada perasaan teiris dalam hatinya merasakan perubahan sikap dari sahabatnya, ia memegang telapak tangan sahabatnya begitu erat, terasa kasar memang, sangar gelap dibandingkan dengan tangannya, Vivi hanya tersenyum, bagaimanapun Clara adalah sahabat terbaiknya yang ia amat sayangi yang selalu melindunginya, selalu ada, bahkan ketika tidak ada yang percaya dan ingin menerimanya. Tangan Lala selalu terbuka bahkan melindunginya meski ia tahu bahwa iapun akan ikut terluka, Gadis itu menyayangi Lala betapapun berbedanya mereka.
********************************************************************
Clara pun terdiam di depan komputernya, imajinasinya berterbangan kemana-mana, pemilik bayangan tersebut muncul lagi di benaknya, Clara menikmati hal tersebut seraya menggerakan jemarinya di keyboard komputer dan menuangkan segala fantasinya kedalam tulisan yang ia rangkai dalam kalimat yang indah, sontak ia menyeringai dan menekan keyboard komputernya dengan begitu kuat, perasan teriris-iris ia rasakan tak berselang lama ia mencakar wajahnya sendiri, untunglah jemarinya tidak memiliki kuku yang panjang hingga tidak melukai wajarhnya namun tetap menyisakan bekas merah tanda empat jari di pipi kirinya karena tekanan jarinya yang memang kuat.
“Izinkanlah aku menampakan bayanganku, bila tak berhasil biarlah aku menetap disana
-FC” begitulah beberapa kata yang ia tulis.
********************************************************************
“La, tar kerumah gua yah, bantuin gua selesain tugas cerpen”Begitulah isi BBM dari Vivi
“Iya, ntar yaaa jam 3” Balas Clara
********************************************************************
“Vivi!”Teriak Clara dari gerbang rumah Vivi yang berwarna kuning cerah yang telah terbuka setengah seakan-akan memang sudah dipersiapkan untuk kedatangannya.
“Yaaaah, masuk ajah la” sahut Vivi dari dalam rumahnya.
Sepertinya Vivi sangat sibuk hingga tak sempat untuk menyambut kedatangannya dengan senyuman khas seperti biasanya, Clara pun memasuki rumah Vivi begitu saja karena pintu rumah nya pun tak dikunci bahkan dibiarkan membuka lebar, Clara pun menyelusuri rumah Vivi hingga di depan kamarnya ia terhenti dan memandangi benda di tepian tempat tidur kamar Vivi, disana terlihat begitu berantakan dan banyak foto-foto yang diemperkan di tempat tidur namun ada satu yang menarik perhatian Clara, disana ada secarik foto berbingkai kecil dengan motif dua ekor teddy bear yang saling berpelukan berhias gambar love yang timbul dan berwarna pink serta berpadu warna putih, sederhana memang namun terlihat begitu spesial. Disana terlihat dua orang yang tak asing baginya, Salah satunya adalah gadis berkulit putih dengan hidung yang mancung hingga membuat wajahnya terlihat begitu menawan sedang memagang kue ulang  tahun yang berisikan lilin berbentuk angka 15 disampingnya ada seorang  pria yang tinggi dengan kulit yang bercahaya,ia mengenakan pakaian keren dan terlihat begitu modis. Mereka tampak begitu serasi, Clara pun tersenyum dengan sejuta perih yang mendera, ia hanya dapat melihat ke arah tubuhnya sendiri seraya merasa tak pantas.
“La, yaampun sorry yah berantakan banget kamarnya, gua lagi beres-beres kamar soalnya terus nyokap tiba-tiba manggil gua ke dapur buat bantu dia goreng ikan, mendadak banget sampai gua ga sempet buat selesaiin bersihin nih kamar” Kata Vivi yang tiba-tiba muncul dari dapur dengan mengenakan celemek yang sedikit kotor dengan bercak kekuningan karena bumbu dapur. Segera Vivi melepaskan celemek yang ia gunakan dan menggantungkannya pada paku yang tertancap pada sela-sela dinding kamarnya.
“Aduhhh, sekali lagi maaf yah,La. Padahal gua yang minta lu dateng tapi gua sendiri belum siap gini” Kata gadis cantik itu seraya merapihkan foto-foto yang tergeletak di tempat tidurnya.
“Yaa, gapapa, itu foto lu yang itu.. Sama-sama putih yah, Serasi, hehe” Kata Clara dengan cengiran khasnya namun terlihat dibuat-buat tersebut.
“Yeee ngomong apa sih lu, gua juga ga terlalu permasalahin fisik kok. Yaudahlah udah jam 4 langsung aja yuk, nanti lu pulangnya kesorean lagi” Kata Vivi yang terlihat mengalihkan pembicaraan.
“Iya” sahut Clara seraya tetap memandangi sahabatnya.
 Sebenarnya perasaan pilu mendera Clara namun dengan pegangan erat dari sahabatnya ia menguatkan diri untuk menggerakan otot pipi nya naik hingga menarik bibirnya membentuk setengah lingkaran. Clara membisu dan hanya berucap sesekali bila diperlukan, tak seperti gadis ceria layaknya dulu lagi, sesekali ia menghela nafas dan lebih sering mengambangkan pandangannya yang tak berarah, Vivi pun merasakan ada jarak sejauh 1 KM yang memisahkannya dengan gadis itu, bahkan untuk menanyakan sebabnya pun Vivi tak berani, wajah itu kian menyendu. Mereka pun tak seperti dulu lagi.

********************************************************************
            Clara pun membuka lemarinya dan mengambil sesuatu dibalik sana, terlihat sebuah benda berbentuk tabung memanjang dan memiliki jarum di ujungnya. Ya benda itu adalah sebuah jarum suntik, ia memindahkan cairan yang berada di plastik yang ada dari dalam tas nya yang ia beli secara diam-diam dari klinik yang berada tidak jauh dari sekolahnya beberapa hari lalu ke dalam jarum suntik tersebut. Tangannya bergetar, dengan hati-hati ia memegang jarum suntik tersebut, ia terisak dan merasakan konflik dengan batinnya sendiri,”Apakah aku benar-benar harus melakukan ini?’ Namun, bayang-bayang Fahrel membuatnya lebih memberanikan diri. Tanpa berpikir panjang lagi ia langsung menancapkan jarum itu ketangannya dan
“Aaaaaahhhhhh” Clara pun mendesis merasakan perih yang berasal dari pertengahan lengan tangannya, ia menoleh ke kaca dan mengusap bayangan seorang gadis remaja dibalik cermin yang ia gantung di pojokan kamarnya, berharap dengan hal ini gadis itu dapat berubah sesuai dengan gadis remaja yang selalu ia impikan, yang seperti Vivi atau seperti Feni dari kelas XI Akuntansi atau seperti gadis-gadis keturunan Tionghoa biasa lainnya, yang dapat membuat pemilik bayangan yang ia dambakan serta ia tulis dalam cerita menjadi lebah yang melirik bunga yang hampir mekar namun terlihat tak indah ini, begitu tak menarik, bahkan bunga yang biasanya akan melar akan menyerbakan aroma yang harum, namun bunga yang satu ini berbeda.  Jangankan ada lebah yang dating menghisap, melirik pun para lebah enggan.
Dengan jarum suntik yang masih menempel di lengan tangannya ia berjalan mengarah ke komputernya dengan perlahan namun pasti, jantung nya berdegup kencang ia pun duduk pada kursi empuk seperti kursi yang ada dikantoran. Dengan kuat ia menarik jarum suntik yang menancap pada lengannya dan melemparkan jarum tersebut hingga terpental jauh ke dalam kolong tempat tidurnya. Clara kembali menggungkapkan dirinya, kali ini ia menyertakan seluruh luapan emosinya, dengan lincah jemarinya mengetik pada benda yang selalu menemaninya tersebut, menyusuri setiap tombol untuk membentuk rangkaian kata.
“Ia lah pemilik bayangan, ia lah yang menakuti bayanganku untuk muncul, ku telusuri jalan melampaui batas kuatku, untuk menemukannya untuk menampakan bayanganku yang tak pernah dilihat orang, biarlah aku  mencari dimana bayanganku dapat muncul, biarlah aku pergi melampaui batasku,bila aku tak menemukannya biarlah aku tak kembali dan menetap di sudut sunyi yang aku harapkan –FC

********************************************************************
            “La, lu kenapa la? Woy la!” Teriak Vivi dengan panik
            Clara hanya membisu,seluruh tubuhnya mendingin, ia hanya melirik sedikit kearah sahabatnya itu, kedua bibirnya kian memucat. Vivi hanya tertegun dengan kondisi gadis itu, ia tak tahan dan akhirnya menarik sahabatnya untuk pergi ke UKS. Namun, Clara hanya menolak dengan menggelengkan kepalanya pelan, Vivi pun tak memerdulikan gadis itu meski menolak ajakannya. Dengan memapahnya Vivi berusaha membawa Clara ke UKS.
            “Bawa gua pulang aja, gua gak mau ke UKS, lebih baik pulang daripada ke UKS.” Kata Clara seraya melepaskan tangan Vivi yang berusaha untuk memapahnya
            “Jah , kalau lu pulang nanti siapa yang ngurusin? Ortu lu kan lagi kerja, La! Atau mau gua antar ke rumah sakit aja?” tanya Vivi
            “Nggak, lagian waktu pulang tinggal sebentar lagi, kan tanggung banget kalau pulang sekarang, tolong lah! Gua masih kuat kok percaya sama gua” Seru Clara seraya membentuk senyum pada bibirnya
            Vivi tertegun tanpa bisa berbicara sepatah katapun, matanya pun berkaca-kaca tak dapat menahan pedih dalam hati yang ia rasakan, ia mengerti sahabatnya, meski Clara belakangan tak pernah lagi bercerita tentang apa yang ia rasakan kepada Vivi, namun Vivi tahu bahwa kini sahabatnya telah kian pilu yang menurutnya membuat kesehatan sahabatnya menurun.
            “La, tolong kasih tau gua lu sebenarnya kenapa? Kenapa lu tutupin ini semua dari gua ? tolong lah lu itu sahabat gua bahkan udah gua anggap kaya saudara kandung gua snediri, cerita, la!” Kata vivi memohon
            “Nanti lu akan tau kok, tapi ga pada saat ini juga. Sekarang gua Cuma mau kita kaya hari-hari biasa aja dan nanti kita main ke tempat biasa biar sakit gua hilang, oke?” Tanya Clara
            Entah mengapa Vivi seperti tak bisa melawan permintaan Clara, Clara memang pribadi yang keras sejak dulu.

            Detik-detik jam dinding pun terdengar di ruangan kelas, saat itu guru telah selesai memberikan materi namun masih tersisa sedikit waktu sebelum bel berbunyi, pandangan murid-murid mengarah pada jam dinding berwarna kuning bulat yang digantungkan pada dinding belakang kelas, dan “Kringggg….. Kring…. Kring…” Suara yang menyenangkan itu datang kembali, dengan segera seluruh murid SMK Cahya Bangsa terutama kelas XI Adm.Perkantoran menyerbu keluar dari kelas, mereka semua mendambakan kenyamanan rumah serta tidur siang untuk meluapkan semua letih yang mereka rasakan setelah belajar setengah harian. Namun, Clara hanya terdiam di mejanya dengan posisi melipatkan tangannya dan wajah yang tertunduk. Wajah nya makin terlihat pucat namun terlihat ia mencoba untuk menyembunyikannya dengan senyum lebarnya. Vivi berjalan pelan dari barisan ujung untuk menghampiri Clara.
“La, mendingan pulang aja ya? Gua anterin.” Kata Vivi
“Gak ah, kita main aja yuk, gua lagi mau main nih ke tempat biasa. Mungkin aja kalau kita main gua malah seger dan sembuh” Jawab Clara seraya melompat dari tempat duduknya untuk menunjukan bahwa ia baik-baik saja
            “Tapi minum obat dulu yah?” Tanya Vivi
            “Okeee deh bos, serius nih yah? Aduhh makasih banget sahabatku!” Seru Clara girang sembari memeluk tubuh Vivi
********************************************************************
            Wajah itu tampak bersinar-sinar meski begitu pucat. Suara decitan dari besi yang bergesekan pun tak menjadi gangguan, padahal suara itu sangat berisik dan membuat ngilu orang yang mendengarnya, namun suara itu bagaikan tak ada karena yang tersisa hanyalah suara tawa dari dua orang yang bersahabat ini, Clara merasa bodoh ia merasa bayangannya tak tampak namun sebenarnya ada satu orang yang selalu memeluk bayangnya dimana pun dan bagaimana bentuknya, ia adalah sahabatnya dan ia hanya dapat menikmati ini mungkin tak akan lama lagi namun ia hanya tersenyum walau wajah nya semakin memucat dan ia semakin melemas, jantungnya berdegub kencang dan nafasnya pun semakin tak teratur.
            “Hahahahahaaaa.. Ayoo tinggian siapa hayoo!” Teriak Vivi dengan girangnya
            “Yaa pasti gua dong, nih liat nihhh.. Yuhuuuuuuuu!” Seru Clara sambil menghentakan kakinya agak laju ayunannya semakin kencang. Namun, tiba-tiba Clara terhempas dari ayunannya
            “Aduhh, ya ampun la. Lu ga kenapa-napa kan? Sakit ga? Luka nggak? Kok bisa sampe jatuh gitu sih? Haus ga? Kaget yaa, gua beliin air minum dulu deh kalau gitu yah, lu duduk dulu di sini, tunggu sebentar.” Kata Vivi sembari mengangkat sahabatnya yang terjatuh dan memapahnya menuju bangku yang disediakan di taman itu. Clara hanya mengangguk lemas, nafasnya semakin memelan dan wajahnya pun semakin pucat bahkan muncul banyak bercak biru dari permukaan kulitnya yang mungkin tak disadari Vivi.
            Vivi pun menuju kearah warung yang terletak di seberang taman tempat mereka berada. Tiba-tiba Vivi menemukan secarik kertas dari dalam tas nya, tulisan pada kertas itu tak asing, terlihat seperti tulisan Clara
            “Sahabatku yang tersayang Vivi, Maafkan aku, aku telah bertindak bodoh dengan mencintai kakak mu. Dan, aku sadar aku tak sebanding dengannya, keluarga kalian adalah keluarga yang luar biasa. Memiliki fisik yang hampir sempurna dan aku terobsesi dengan dirinya, maafkan aku. Aku bertindak hingga melampaui batasan ku dan munkin waktu ku hanya tersisa sementara, dan saat kau membaca ini mungkin aku tak ada lagi, aku hanya ingin berterimakasih akan bayang-bayang mu yang selalu menemani bayangku meski aku bodoh mengharapkan bayangan lain dan mengorbankan kebersamaan kita, sekali lagi maaf, mungkin jalan kehidupan tak sama dengan apa yang kita harapkan dan kita tuangkan pada janji kita
-Clara”
            Vivi terkejut bukan kepalang dengan isi dari surat tersebut, ia hanya dapat menangis dan berlari. Clara yang berada di sebrang jalan sana terlihat tergeletak tak berdaya, rona wajahnya kian pucat bahkan membiru karena jantungnya sudah tak memompakan darah lagi ke seluruh tubuhnya, badannya mengeluarkan banyak corak hijau ke-biruan dengan sedikit busa yang keluar dari pinggiran mulutnya. Dengan beleraian air mata Vivi berlari dari ujung warung di seberang jalan sambil memegang minuman yang ia sudah beli untuk Clara, ia berlari tanpa perduli keadaan sekitar. Ia tak percaya akan apa yang dilakukan sahabatnya tersebut, kakinya melangkah dengan sangat cepat menyentuh aspal-aspal yang mematikan, tanpa menyadari bahwa ada sebuah truk besar berwarna kuning yang melaju sangat kencang kearah nya. Suara klakson berdengung sangat kencang. Namun, seolah tak ada suara apapun Vivi hanya berlari dan badannya terhantam oleh truk tersebut dibagian punggungnya. Ia pun terpental keatas dengan 2 buah botol minuman berperisa jeruk yang ikut terlempar, ia pun jatuh ke aspal dengan posisi tengkorak kepala yang membentur aspal dan menyebabkan tulang tengkorak dari gadis cantik itu rentak dan hampir pecah. Cairan merah nan pekat bersimbah di lokasi kejadian sontak para warga berkumpul dengan adanya kejadian itu. Truk itu pun terhenti. Dengan keadaan setengah sadar dan merasakan sakit yang luarbiasa di bagian kepalanya ia berkata
“Janji kita tetap ditepati, untuk selalu bersama. Bahkan kita akan bersama saat maut memisahkan, gua sayang lu, la. Bayangan gua akan selalu jadi Guardian buat bayangan lu. Kita teman selamanya.” Kata Vivi dengan suara pelan sambil menanggung sakit yang teramat sangat dari kepalanya. Darah mengalir layaknya sungai, nadinya pun terhenti wajah cantiknya berlapis darah dari diri nya sendiri, kulit putihnya tergeletak di aspal penuh dengan luka. Namun, ia tersenyum. Janjinya tak pernah ingkar.

 Akun-akun sosmed :
twitter : @Yap_gel_gel

Friday, August 8, 2014

My First VipassanaMeditation's Retreat

 Dalam agama Buddha terdapat dua jenis meditasi yaitu meditasi Samantha dan Vipassana , Meditasi Samantha adalah meditasi yang bertujuan untuk menenangkan pikiran sedangkan meditasi Vipassana adalah meditasi untuk mencapai pandangan terang.
     Meditasi samantha adalah meditasi yang apabila dilatih akan mengarah ke pencapaian jhana dan abhinna  namun tidak dapat membawa kita pada pencapaian kesucian, hanya dengan mempraktekan Vipassana lah seseorang dapat meraih pembebasan sejati, Namun pembebasan sejati dapat pula dicapai dengan menggunakan meditasi samantha dahulu hingga mencapai jhana  namun harus dilanjutkan ke Vipassana.
     Meditasi Vipassana adalah meditasi pandangan terang , disini kita mengamati semua fenomena mental dan jasmani yang timbul sebagaimana apa adanya sehingga dapat memahami kebenaran yang sesungguhnya dan memadamkan seluruh kilesa untuk mencapai penerangan. Meditasi ini diajarkan oleh Guru Agung kita Buddha Gotama untuk dapat meraih kebebasan tertinggi dan bebas dari seluruh penderitaan fisik dan jasmani yaitu nibbana.
     Vipassana adalah suatu cara merobah diri sendiri melalui pengamatan diri . Dengan memusatkan perhatian pada hubungan yang dalam antara batin dan tubuh . Hal ini bisa dialami langsung dengan perhatian yang serius pada sensasi tubuh, yang membentuk kehidupan tubuh ini , yang terus menerus berhubungan berhubungan dan membentuk kehidupan batin .Perjalanan inilah dengan dasar pengamatan pengamatan, penjelajahan diri sendiri , yang membawa ke akar batin dan tubuh, yang melarutkan kekotoran mental .Menghasilkan batin yang seimbang , penuh cinta dan kasih.  
Hukum ilmiah yang mengatur pikiran seseorang, perasaan dan sensasi menjadi jelas . Dengan mengamati langsung, sifat bagaimana seseorang tumbuh atau surut, bagaimana seseorang membuat penderitaan atau membebaskan dirinya dari penderitaan , menjadi dipahami .Menjadikan hidup mempunyai karakter kesadaran yang meningkat , tanpa khayalan, pengendalian -diri, serta damai .
    Adanya 4 landasan meditasi Vipassana yang diajarkan Sang Buddha di Maha Satipatthana Sutta yaitu :

1. JASMANI (KAYA/RUPA);
Misalnya kembung kempisnya perut, sikap atau postur tubuh, aktivitas tubuh, organ-organ penyusun tubuh, empat unsur dasar, dll.
Latihan ini disebut KAYANUPASSANA.

2. PERASAAN (Vedana); 
Secara umum menyadari, mengamati & merenungkan keberadaan, timbulnya, lenyapnya, atau timbul lenyapnya perasaan-perasaan (apakah yang menyenangkan, yang tidak menyenangkan, ataupun yang netral).
Latihan ini disebut VEDANANUPASSANA.

3. PIKIRAN (Paduan atau aktivitas bersama Viññana, Sankhara dan Sañña); 
Secara umum menyadari, mengamati & merenungkan keberadaan, timbulnya, lenyapnya, atau timbul lenyapnya pikiran (apakah pikiran baik atau buruk yang timbul, yang diliputi maupun yang bebas dari Lobha, Dosa, dan Moha misalnya nafsu keserakahan, kebencian, keraguan/kebingungan, gelisah dan sesal, kemalasan & kelambanan batin, dll.; atau apakah saat ini pikiran terkonsentrasi atau tidak, dsb).
Latihan ini disebut CITTANUPASSANA.

4. DHAMMA (Segala Fenomena);
Secara umum merenungkan PANCA NIVARANA (5 Rintangan Batin), PANCAKHANDHA, 6 Indera dan Objeknya, 4 KESUNYATAAN MULIA, dan 7 BOJJHANGO (7 Faktor Pencerahan/Pembebasan). Dengan kata lain, yang diamati dan direnungkan adalah fenomena apapun (dhamma) baik fenomena jasmani, fenomena batin maupun Nibbana antara lain fenomena bentuk-bentuk batin seperti PANCA NIVARANA (5 Rintangan Batin) dan 7 BOJJHANGO (7 Faktor Pencerahan/Pembebasan); atau juga fenomena batin jasmani baik dalam kerangka PANCAKHANDHA maupun dalam kerangka 6 INDERA INTERNAL, 6 OBJEK EXTERNAL DARI INDERA & BELENGGU (Samyojana) yang menyertainya, dan juga 4 KESUNYATAAN MULIA yang berupa fenomena adanya dukkha, fenomena asal mulanya, fenomena berhentinya, serta fenomena yang mengkondisi lenyapnya.
Latihan ini disebut DHAMMANUPASSANA.(source : http://uppaladhamma.blogspot.com/)


     Sebelumnya saya mengenal meditasi Vipassana pertama kali nya adalah dari U Sikkhananda dan dari situ saya merasakan bahwa  inilah yang harus kutempuh dan kucari akhirnya timbul keinginan dari dalam diri saya untuk berlatih meditasi Vipassana, saya mulai mencari tahu tempat-tempat retreat meditasi Vipassana dan mencocokannya dengan jadwal libur sekolah saya. Akhirnya dengan dorongan tekad dan parami yang matang saya dapat mengikuti retreat meditasi Vipassana di bakom, yang diselenggarakan oleh YASATI (Yayasan Satipatthana Indonesia), awalnya begitu mustahil saya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dalam retreat ini dikarenakan masalah transport, sangat sulit untuk dapat pergi kesana karena tempatnya jauh, bagaimana bisa anak kecil seperti saya dapat pergi kesana ? karena tempat retreat ini terletak di Cianjur sedangkan rumah saya berada di Tangerang, untuk naik angkutan umum pun saya tidak tahu jalan . Selain itu teman , jarang sekali anak-anak sekarang mau pergi ke kegiatan seperti itu, serta jadwal sekolah dan jadwal kegiatan lainnya. Namun berkat kekuatan parami yang matang semua halangan itu pun sirna! saya mempunyai teman yang saya kenal saat retreat Abhidhamma tahun lalu yang ternyata mengenal sayalay disana , ia berkata kepada saya untuk menghubungi sayalay tersebut untuk masalah transport dan akhirnya masalah tansport pun terselesaikan, untuk masalah teman saya menghubungi sekian banyak teman saya dan akhirnya ada 2 orang yang ingin ikut dengan saya untuk mengikuti retreat ini, dan untuk masalah waktu sangat kebetulan retreat tersebut dimulai sehari setelah saya libur sekolah dan habis satu hari sebelum liburan saya selesai dan tadinya dihari terakhir retreat seharusnya saya memiliki jadwal lain yang tidak bisa dilewatkan tapi betapa luarbiasanya saat saya menanyakan kembali jadwal pertemuan itu ternyata jadwalnya diundur hingga minggu depan ! halangan tidak berhenti sampai disitu , lalu ketika saya mendaftar via sms ke YASATI saya tidak diperbolehkan karena usia saya belum mencukupi, usia saya saat ini masih  15 tahun sedangkan usia minimal untuk mengikuti retreat ini adalah 17 tahun , namun setelah mendapat balasan dari YASATI saya melaporkan hal ini kepada Sayalay Daw Pannacari dan saya diberikan pengecualian. Betapa luar biasanya dengan beribu halangan berkat kekuatan parami yang cukup saya dapat merealisasikan Addhittana saya ini.
      Tanggal 23 Juli saya pun pergi ke tempat retreat tersebut dengan kedua teman saya.
       Hari pertama saya tiba disana sana saya  mendapat pengarahan bagaimana tehnik meditasi Vipassana disana, disana menggunakan tehnik yang diajarkan oleh Y.M Mahasi Sayadaw yaitu kembang kempis perut dan dengan jadwal retreat yang padat yaitu minimal bermeditasi jalan dan duduk 14 jam sehari tanpa istirahat siang dan dengan waktu tidur yang saya perhitungkan 6,5 jam. Hari Pertama dan Hari kedua rasa yang didapat hanyalah sakit dan pegal namun saya tetap bersemangat. Pada hari ketiga saya merasakan sesuatu pada saat meditasi jalan yaitu berupa getaran saat mengangkat kaki namun saya tidak sempat mengatakannya saat interview dikarenakan waktu interview yang sangat singkat dan saya telah menanyakan pertanyaan lain sebelumnya dan pada saat sitting meditation saya merasakan getaran yang sama pada perut saya, lama kelamaan getaran ini berubah menjadi seperti gelombang dan lama-kelamaan terasa sperti sebuah balon yang membesar begitu besar sekali dan setiap kembung itu mengarah pada arah yang berbeda-beda, dan ada sebuah perasaan dimana badan itu terasa membesar hingga besar sekali dan seperti ada tarikan ke atas sehingga bahu saya pun terasa naik dan ketika badan ini terasa mengecil maka bahu ini terasa menurun pula terkadang ada juga perasaan tertarik kedamping. Pada Hari keempat getaran saat walking meditation itu terasa menjadi lebih jelas dan saat saya melakukan pencatatan ketika saya mengangkat kaki saya terasa seperti ada dorongan keatas dan itu terasa semakin kuat dan jelas bahkan bahu saya terkadang terangkat karena dorongan yang sangat kuat tersebut, badan ini terasa begitu ringan dan seperti terdorong kedepan hal ini sedikit mengelisahkan karena ini adalah pengalaman pertama saya dalam merasakan hal seperti ini, dan pada saat sitting meditation kembung kempis ini terasa membesar jauh lebih besar dari pada sebelumnya, pergerakan yang saya rasakan adalah seperti sangat besr sekali hingga saya terasa sesak dan seperti  memipih atau melebar hingga tipis sekali dan mengeras seperti melilit, mungkin hal ini terjadi dikarenakan saya begitu tegang namun saya juga tidak mengetahui pasti tentang hal ini dan yang membuat saya khawatir pada hari itu adalah pergerakan kembung-kempis serta dorongan angin tsb masih sangat terasa bahkan ketika saya tidak dalam posisi meditasi, lalu saya mengkonfirmasi hal tersebut pada salah satu Sayalay dan dia meminta saya untuk mengganti objek saya ke objek metta kepada diri sendiri. Keesokan harinya, yaitu pada hari kelima hal tersebut awalnya tidak terlalu terasa namun setelah saya bermeditasi hal yang saya rasakan tersebut makin kuat bahkan saat interview saya masih dapat merasakan kembung kempis yang begitu membesar dan mengecil sehingga menyesakan nafas saya, ketika saya di interview oleh guru saya ia mengatakan kepada saya untuk sekedar menyadarinya dan mencatatnya. Namun, setelah interview dan saya mencoba melakukan  walking meditation saya merasakan sesak nafas dan menjadi gelisah saat ingin bermeditasi dan langkah yang saya ambil terasa begitu ringan dan terangkat keatas begitu tinggi kira-kira setinggi lutut dan akhirnya saya menemui Sayalay Gambhiranani, dia adalah orang yang luarbiasa dan tegas banyak masukan yang ia berikan kepada saya dan ia berkata agar saya menemui beliau apabila merasakan hal lain. Pada jam makan siang tekanan tersebut meringan dan tidak sekencang tadi pagi,saya sudah dapat mengatur nafas dan berjalan namun tetap merasakan dorongan tersebut namun tidak begitu kuat. Setelah makan siang saya pun melanjutkan meditasi saya. Pada meditasi kegiatan kehari-hari terkadang saya merasakan pengalam-pengalaman lain juga seperti saat saya ber-Namaskara, saat saya menaikan tangan saya yang beranjali ke kening, terasa dorongan hingga tangan saya terasa begitu ringan sekali dan naik ke arah atas, dan saat saya mengembalikan badan saya setelah bersujud terasa badan ini tertarik ke belakang hingga posisi badan saya terasa menjadi tegak sekali. Pada saat malam hari saya merasakan dorongan yang saya rasakan sebelumnya semakin menguat bahkan saat saya bernafas tubuh saya pun mengikuti pergerakan tersebut dan saat saya menaiki tangga kaki saya terasa terangkat tinggi dan saat menuruni tangga kaki saya terasa tertarik kebawah dan begitu berat, akhirnya saya pun memutuskan bertemu dengan Sayalay Gabhiranani untuk memberitahukan hal ini, banyak hal yang beliau beritahukan kepada saya, namun, untuk sementara ia meminta saya berhenti menjadi yogi dan menjadi dhamma voulenteer, ia pun meminta saya untuk menemuinya keesokan harinya setelah makan pagi. Hari ke 6 pun tiba, Setelah makan pagi Sayalay Ghambiranani menemui saya dan mengajak saya untuk menaik turuni tanjakan yang ada di pintu masuk Meditation's center itu dan setelah lelah saya diajaknya ke dapur untuk mencuci piring, memotong, dan membantu dhamma volunteer disana untuk makan siang para yogi, dan kau tahu ? itu adalah hal yang melelahkan. Lalu sayalay bertanya kepada saya kurang lebihnya seperti ini
 "Enakan jadi dhamma volunteer apa meditasi?"
"Sama saja Sayalay, sama-sama ada ga enak nya"
"Iya lah, semua yang didunia emang begitu, Cumanya kalau kerja di dapur kamma baiknya kecil. kamu lihat mereka ?cuma orang bodoh yang mau kerja di dapur, kamu meditasi kamma baiknya luar biasa loh, sayalay juga kalau ada yang gantiin ngapain disini, lebih baik sayalay duduk meditasi"
"iya sayalay, daritadi itu juga yang saya pikirin, dulu pernah baca cerita ceritanya kalau orang yang lepas meditasi vipassana demi dana kaya gini sama aja monyet yang ngelempar semua kacang di genggaman tangannya demi dapetin sebuah kacang yang jatuh"
"Iya, yaudah anggap ini sekedar intermezo, masih ada waktu sejam kamu lanjut meditasi lagi ya, yang kamu rasain itu fenomena pikiran, sumbernya dari pikiran kamu"
"iya sayalay, makasih sayalay, maaf ya"
       Kurang lebih nya seperti itulah percakapan saya dengan sayalay Ghambiranani, seketika saya mengerti maksud sayalay meminta saya melakukan hal ini, ia ingin menunjukan saya bahwa semua hal di dunia ini adalah dukkha, tapi saya harus melalui dukkha kecil dalam keletihan untuk meraih manfaat yang besar karena hal yang sedang saya laksanakan adalah pekerjaan yang besar! , saya pun kembali ke kamar saya untuk mandi dan kemudian saya melanjutkan meditasi saya, saat saya kembali bermeditasi jalan  saya mencoba mencatat begitu detail hingga untuk mengedipkan mata saja saya memerlukan lumayan banyak pencatatan seperti saat saya merasakan mata saya perih maka saya mencatat "perih,perih,perih"dan dan ada perasaan yang tidak suka dan menolak rasa perih itu saat itu juga, dan saya mencatatnya sebagai "tidak suka tidak suka" dan karena ketidaksukaan tersebut timbullah keinginan, saat timbul keinginan untuk mengedipkan mata saya mencatatnya sebagai"ingin ingin ingin" lalu saya mengedipkan mata saya dengan mencatatnya sebagai "kedip" ini cukup melelahkan karena dengan pencatatan yang lama terkadang mata menjadi begitu perih dan berair namun disinilah terlihat bahwa diri kita ini terpisah-pisah, mata adalah rupa dan merupakan landasan pula saat ada sesuatu yang timbul di rupa maka pikiran akan menganalisa nya dan akan ada vedana yang muncul berupa tidak suka, suka, ataupun netral. Saat kita meenyukai objek kita bisa menimbulkan Lobha & kemelekatan ataupun Maha Kusala, saat kita tidak menyukai objek sudah pasti Dosa, dan netral memiliki 3 kemungkinan (To be Continue)